Sumatera Barat
| Sumatera Barat سومترا بارت | ||||
|---|---|---|---|---|
| — Provinsi — | ||||
![]() | ||||
| ||||
| Slogan: Tuah Sakato | ||||
![]() سومترا بارت | ||||
| Negara | Indonesia | |||
| Ibu kota | Padang | |||
| Koordinat | 3º 50' LS - 1º 20' LU 98º 10' - 102º 10' BT | |||
| Pemerintahan | ||||
| • Gubernur | Prof. DR. Irwan Prayitno, M.Sc (2010-2015) | |||
| Luas | ||||
| • Total | 42.297.30 km2 (16,331.08 mil²) | |||
| Populasi (2010)[1] | ||||
| • Total | 4.846.909 | |||
| • Kepadatan | Bad rounding here110/km2 (Bad rounding here300/sq mi) | |||
| Demografi | ||||
| • Suku bangsa | Minangkabau (88,35%), Batak (4,42%), Jawa (4,15%), Mentawai (1,28%), Lain-lain (1,8%) [2] | |||
| • Agama | Islam (97.4%), Kristen (2.2%), Buddha (0,26%), Hindu (0,01%) | |||
| • Bahasa | Bahasa Minangkabau, Bahasa Melayu/ Bahasa Indonesia | |||
| Zona waktu | WIB | |||
| Kabupaten | 12 | |||
| Kota | 7 | |||
| Kecamatan | 147 | |||
| Udik/kelurahan | 877 | |||
| Lagu kawasan | Ayam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauah di Mato, Kambanglah Bungo, Minangkabau, Bareh Solok, Tinggalah Kampuang. | |||
| Situs web | www.sumbarprov.go.id | |||
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau di bebas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beretnis Minangkabau yang seluruhnya sangat memuja-muja Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari.
Daftar isi
Sejarah

Nama Provinsi Sumatera Barat berasal pada zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), dimana sebutan wilayah untuk kawasan pesisir barat Sumatera adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Kemudian dengan semakin menguatnya pengaruh politik dan ekonomi VOC, sampai ratus tahun ke 18 wilayah administratif ini telah mencangkup kawasan pantai barat Sumatera mulai dari Barus sampai Inderapura.[3]
Seiring dengan kejatuhan Kerajaan Pagaruyung, dan keterlibatan Belanda dalam Perang Padri, pemerintah Hindia Belanda mulai merupakan kawasan pedalaman Minangkabau sebagai bagian dari Pax Nederlandica, kawasan yang berada dalam pengawasan Belanda, dan wilayah Minangkabau ini dibagi atas Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden.[4]
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, kawasan ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust, termasuk di dalamnya wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris untuk Belanda. Kemudian diperluas lagi dengan memasukkan Tapanuli dan Singkil. Namun pada tahun 1905, wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya sebagai Residentie Tapanuli, sedangkan wilayah Singkil diberikan untuk Residentie Atjeh. Kemudian pada tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, dikurangi statusnya sebagai Residentie Sumatra's Westkust, dan menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia ke dalam Residentie Sumatra's Westkust, serta pada tahun 1935 wilayah Kerinci juga digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust, wilayah Rokan Hulu dan Kuantan Singingi diberikan untuk Residentie Riouw, dan juga dibuat bentuk Residentie Djambi pada periode yang hampir bersamaan.[3]
Pada masa pendudukan tentara Jepang, Residentie Sumatra's Westkust berubah nama sebagai Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas landasan geostrategis militer, kawasan Kampar dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan diisi ke dalam wilayah Rhio Shu.[3]
Pada awal kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi. Empat tahun kemudian, Provinsi Sumatera dipecah sebagai tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat beserta Riau dan Jambi merupakan bagian dari keresidenan di dalam Provinsi Sumatera Tengah. Pada masa PRRI, berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dipecah lagi sebagai tiga provinsi yakni Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, digabungkan ke dalam Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi dikuatkan memasuki wilayah Provinsi Riau.
Selanjutnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini sedang tetap di Bukittinggi. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mei 1958 ibu kota provinsi dipindahkan ke Padang.[3]
Geografi


Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibuat bentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang sedang ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km².[5] Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Seperti kawasan lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6°C sampai 31,5°C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai akbar yang bermuara ke pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.
Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai terlampau tinggi 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas mencapai 130,1 km², Singkarak juga sebagai danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah).
Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan rawan gempa di Indonesia. Hal ini diakibatkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di antara pertemuan dua lempeng benua akbar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.[6] Oleh karenanya, wilayah ini sering menjumpai gempa bumi. Gempa bumi akbar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah Gempa bumi 30 September 2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010.
![]() | Samudera Hindia | Sumatera Utara | Riau | ![]() | |
| Samudera Hindia | Riau | ||||
| Samudera Hindia | Bengkulu | Jambi |
Keanekaragaman hayati
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian akbar wilayahnya sedang merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Beragam spesies langka sedang dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan beragam jenis burung dan kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Selain kedua Taman Nasional tersebut terdapat juga beberapa cagar alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Air Putih di kawasan Kelok Sembilan, Cagar Alam Lembah Harau, Cagar Alam Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta.
Sumber daya alam
Sumber daya alam yang ada di Sumatera Barat adalah berupa batubara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, mangan, emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir dan hasil perikanan.
Iklim
Kependudukan


Berdasarkan sensus warga tahun 2010, banyak populasi Sumatera Barat mencapai 4.846.909 jiwa, dengan kepadatan warga sebanyak 110 jiwa/km2. Kabupaten/kota yang memiliki warga paling banyak adalah Kota Padang, yang mencapai 833.562 jiwa. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota Bukittinggi, yakni 4.400 jiwa/km2. Mayoritas warga Sumatera Barat beretnis Minangkabau, yang semuanyanya memeluk Islam.
Pendidikan

Sumatera Barat pernah sebagai fokus pendidikan di pulau Sumatera, terutama pendidikan Islam dengan surau sebagai basis utamanya.[7] Pada masa kolonial Hindia-Belanda, selain pendidikan Islam berkembang pula pendidikan model Barat. Di tahun 1856, pemerintah Hindia-Belanda membangun Sekolah Raja di Bukittinggi. Selain sekolah yang dikelola oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikelola oleh swasta, seperti Sekolah Adabiah di Padang, INS Kayutanam, Sumatera Thawalib, dan Diniyyah Puteri di Padang Panjang. Sehingga pada masa itu, Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah Hindia-Belanda yang memiliki banyak sekolah dan pelajar cukup akbar.[8]
Setelah masa kemerdekaan, di Sumatera Barat juga banyak didirikan universitas dan sekolah tinggi.[3] Berasal dari Universitas Andalas pada tahun 1955, selanjutnya juga berdiri IAIN Imam Bonjol, Universitas Negeri Padang, dan IPDN Bukittinggi. Beberapa universitas swasta terkemuka di provinsi ini diantaranya Universitas Bung Hatta dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Sekarang hampir disetiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat telah memiliki perguruan tinggi, dengan banyak terbesar berada di Padang.
Pada tahun 2006, angka melek huruf latin di provinsi ini mencapai 96,35%. Angka partisipasi sekolah untuk usia 19-24 tahun, atau yang mengambil jenjang perguruan tinggi mencapai 27,8%. Angka ini berada di atas rata-rata nasional yang hanya sebesar 16,13%.
Suku bangsa
Mayoritas warga Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di kawasan Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku Batak dan suku Mandailing. Kehadiran mereka ke Sumatera Barat terutama pada masa Perang Paderi. Di beberapa kawasan transmigrasi, seperti di Sitiung, Lunang Silaut, dan Padang Gelugur, terdapat pula suku Jawa. Sebagian diantaranya adalah keturunan imigran asal Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada yang belakang sekali tahun 1950-an. Oleh Presiden Soekarno masa itu, diputuskan untuk menempatkan mereka di sekitar kawasan Sitiung. Hal ini juga tidak terlepas dari politik pemerintah fokus pasca PRRI.
Di Kepulauan Mentawai yang mayoritas warganya beretnis Mentawai, jarang dijumpai warga Minangkabau. Etnis Tionghoa hanya terdapat di kota-kota akbar, seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Di Padang dan Pariaman, juga terdapat warga Nias dan Tamil dalam banyak kecil.[9]
Bahasa
Bahasa yang dipakai dalam keseharian ialah Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di kawasan Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara, juga dituturkan Bahasa Batak dialek Mandailing. Sementara itu di kawasan kepulauan Mentawai banyak dipakai Bahasa Mentawai.
Agama
- Lihat juga Islam di Sumatera Barat
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% warga Sumatera Barat. Selain itu ada juga yang sangat memuja-muja Kristen terutama di kepulauan Mentawai sekitar 1,6%, Buddha sekitar 0,26%, dan Hindu sekitar 0,01%, yang dianut oleh warga pendatang.
Beragam tempat ibadah, yang didominasi oleh masjid dan musala, dapat dijumpai di setiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di Padang, yang masa ini pembangunannya sedang dalam tahap pengerjaan. Sedangkan masjid tertua diantaranya adalah Masjid Raya Ganting di Padang dan Masjid Tuo Kayu Jao di kabupaten Solok. Arsitektur khas Minangkabau mendominasi baik bentuk masjid maupun musala. Masjid Raya Sumatera Barat memiliki bangunan berbentuk gonjong, dihiasi ukiran Minang sekaligus kaligrafi. Ada juga masjid dengan atap yang terdiri dari beberapa tingkatan yang makin ke atas makin kecil dan sedikit cekung.
| Tahun | 2000 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2009 | 2010 | ||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Banyak warga | 4.227.689 | ||||||||||||
| Sejarah kependudukan Sumatera Barat Sumber:[1] | |||||||||||||
Politik dan pemerintahan

Provinsi Sumatera Barat dipandu oleh seorang gubernur yang dipilih dalam pemilihan secara terus bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah kawasan juga memerankan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah fokus di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.
Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukanlah sub-ordinat, masing-masing pemerintahan kawasan tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Perwakilan
| DPRD Sumatera Barat 2009-2014 | |||||||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Partai | Kursi | ||||||||||||
| 14 | |||||||||||||
| 9 | |||||||||||||
| 6 | |||||||||||||
| 5 | |||||||||||||
| 5 | |||||||||||||
| 4 | |||||||||||||
| 4 | |||||||||||||
| 3 | |||||||||||||
| 3 | |||||||||||||
| 2 | |||||||||||||
| Total | 55 | ||||||||||||
| Sumber:[10][11] | |||||||||||||
Berdasarkan Pemilu Legislatif 2009, Sumatera Barat mengirimkan 14 wakil ke DPR RI dari dua kawasan pemilihan dan empat wakil ke DPD. Sedangkan untuk DPRD Sumatera Barat tersusun dari perwakilan sepuluh partai, dengan perincian sebagai berikut:[10][12]
Pemerintahan nagari
Sampai tahun 1979 satuan pemerintahan terkecil di Sumatera Barat adalah nagari, yang sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan udik, status nagari dihilangkan ditukar dengan udik, dan beberapa jorong ditingkatkan statusnya sebagai udik. Kedudukan wali nagari juga dihapus dan administrasi pemerintahan dijalankan oleh para kepala udik. Namun sejak bergulirnya reformasi pemerintahan dan otonomi kawasan, maka sejak pada tahun 2001, istilah "Nagari" kembali dipakai di provinsi ini.
Kebiasaan politik yang hidup di pemerintahan udik Sumatera Barat semenjak kebijaksanaan penyeragaman (UU No.5 Tahun 1979) diberlakukan adalah kebiasaan politik parokhial. kondisi ini terlihat mengalami sistem kekuasaan, sistem pemilihan penguasa, syarat penguasa, dan peranan penguasa di pemerintahan udik.
Sistem kekerabatan dalam membangun kebiasaan politik partisipan mulai terjadi pergeseran, dalam hal tingkat kepekaan, bentuk toleransi dalam kekerabatan, dan peranan senioritas dalam kekerabatan. Berarti berkurangnya kebersamaan dalam sistem kekuasaan kekerabatan.
Pemerintahan nagari merupakan suatu struktur pemerintahan yang otonom, punya teritorial yang nyata dan menganut kebiasaan sebagai pengatur atur kehidupan bagiannya[13], sistem ini kemudian disesuaikan dengan konstitusi yang langsung di Indonesia, sekarang pemerintah provinsi Sumatera Barat menetapakan pemerintah nagari sebagai pengelola otonomi kawasan terendah untuk kawasan kabupaten mengantikan istilah pemerintah udik yang dipakai sebelumnya. Sedangkan untuk nagari yang berada pada sistem pemerintahan kota sedang sebagai lembaga kebiasaan belum sebagai bagian dari struktur pemerintahan kawasan.
Peluang yang terjadi pada pemerintahan udik yaitu munculnya pertumbuhan ekonomi yang bersifat individualistik. Kondisi ini sebagai akibat ketergantungan pada pemerintah fokus, sehingga kurang kemandirian. Kondisi ini dapat memperlemah ketahanan wilayah bagian ekonomi itu sendiri. Namun, sekarang desa-desa Sumatera Barat telah menguji membangun upaya mempermudah kebijaksanaan politik pemerintah udik atau sejak berproses dan berubah kembali sebagai nagari, yaitu mengubah struktur dan proses antarstruktur pemerintahan udik yang dibuat berdasarkan UU No. 5 tahun 1979 itu.--ella 21 Mei 2013 01.16 (UTC)
Nagari pada awal mulanya dipandu secara bersama oleh para penghulu atau datuk di nagari tersebut, kemudian pada masa pemerintah Hindia-Belanda dipilih salah seorang dari para penghulu tersebut untuk sebagai wali nagari. Kemudian dalam mengerjakan pemerintahannya, wali nagari ditolong oleh beberapa orang kepala jorong atau wali jorong, namun sekarang ditolong oleh sekretaris nagari (setnag) dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) bergantung dengan kebutuhan masing-masing nagari. Wali nagari ini dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) secara demokratis dalam pemilihan terus untuk 6 tahun masa jabatan.
Dalam sebuah nagari dibuat bentuk Kerapatan Kebiasaan Nagari, yakni lembaga yang mempunyai bagian Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari Alim Ulama, Cadiak Pandai (kaum intelektual) dan Niniak Mamak para pemimpin suku dalam suatu nagari, sama dengan Badan Permusyawaratan Udik (BPD) dalam sistem administrasi udik. Keputusan keputusan penting yang hendak diambil selalu dimusyawarahkan antara wali nagari dan Tungku Tigo Sajarangan di Balai Kebiasaan atau Balairung Sari Nagari.
Perekonomian
Secara bertahap perekonomian Sumatera Barat mulai bergerak positif setelah menjumpai tekanan akibat akibat gempa bumi tahun 2009 yang melanda kawasan tersebut. Akibat bencana ini terlihat pada triwulan IV-2009, dimana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun sekarang perekonomian Sumatera Barat telah pulih, dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional. Pada tahun 2012 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar 6,35%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6,25%. Dan pada triwulan I-2013 perekonomian Sumatera Barat telah tumbuh mencapai 7,3%. Tingginya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir, telah menurunkan tingkat kemiskinan di provinsi ini dari 8,99% (2011) sebagai 8% (2012). Untuk Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), pada tahun 2012 provinsi ini memiliki PDRB mencapai Rp 110,104 triliun, dengan PDRB per kapita sebesar Rp 22,41 juta.
Tenaga kerja
Seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Sumatera Barat, maka banyak tenaga kerja yang diperlukan semakin bertambah pula. Hal ini telah mendorong turunnya hendak pengangguran di provinsi ini. Sepanjang Februari 2011-Februari 2012, banyak warga yang menganggur menjumpai penurunan dari 162.500 orang sebagai 146.970 orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun dari 7,14% sebagai 6,25%. Angka tersebut berada dibawah rata-rata nasional pada periode yang belakang sekali 2011 yang mencapai 6,56%. Pada Februari 2012, banyak tingkatan kerja Sumatera Barat mencapai 2.204.218 orang, bertambah 90.712 orang dibandingkan dengan banyak tingkatan kerja pada Februari 2011.
Sebagian akbar warga yang menjalankan pekerjaan terserap di sektor pertanian. Lapangan pekerjaan di sektor ini dapat menyerap 42,4% dari tenaga kerja yang ada. Namun demikian, persentase penyerapan ini makin menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 44%. Sementara itu, persentase warga menjalankan pekerjaan yang terserap di sektor perdagangan kembali meningkat, dari sebelumnya 18,5% pada Februari 2011 sebagai 19,8% pada Februari 2012. Demikian pula penyerapan di sektor jasa menjumpai kenaikan, dari 16,7% sebagai 17,4%.
Pertanian
Pada triwulan IV-2012, sektor pertanian menjumpai pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh menggeliatnya subsektor tanaman bahan makanan. Di triwulan ini pertumbuhan sektor pertanian mencapai 4,14%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,05%. Kinerja sektor perkebunan yang cukup baik pada tahun 2012, telah menyokong pertumbuhan industri pertanian sebesar 4,07%.
Industri Pengolahan

Industri Sumatera Barat didominasi oleh industri skala kecil atau rumah tangga. Banyak unit industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit industri kecil dan 234 unit industri akbar menengah, dengan perbandingan 203 : 1. Pada tahun 2001 investasi industri akbar menengah mencapai Rp 3.052 miliar, atau 95,60% dari total investasi, sedangkan industri kecil investasinya hanya Rp. 1.412 miliar atau 4,40% saja dari total investasi. Harga produksi industri akbar menengah tahun 2001 mencapai Rp. 1.623 miliar, yaitu 60 % dari total harga produksi, dan harga produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 miliar, atau 40% dari total harga produksi.[14]
Untuk industri pengolahan semen, pada tahun 2012 Sumatera Barat telah memproduksi sebanyak 6.522.006 ton, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 6.151.636 ton. Sementara volume penjualannya pada tahun 2012 sebesar 6.845.070 ton, meningkat 10,20 % dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6.211.603 ton.
Jasa
Kembali bergeraknya perekonomian Sumatera Barat pasca gempa serta semakin pulihnya perekonomian global terutama zona Sumatera bagian tengah juga merupakan faktor pendorong bergeraknya kembali sektor jasa (7,38%). Sektor jasa yang cukup penting di provinsi ini adalah keuangan, hotel, restoran, dan wakil pengusaha yang merundingkan perjalanan. Pertumbuhan hotel di Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir cukup pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya banyak wisatawan yang hadir ke provinsi ini. Selama tahun 2012 terdapat 36.623 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Barat, atau meningkat 8,27% dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 33.827 wisatawan.
Pertambangan
Sumatera Barat memiliki potensi bahan tambang golongan A, B dan C. Bahan tambang golongan A, yaitu batu bara terdapat di kota Sawahlunto. Sedangkan Bahan tambang golongan B yang terdiri dari air raksa, belerang, pasir besi, tembaga, timah hitam dan perak menyebar di wilayah kabupaten Sijunjung, Dharmasraya, Solok, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, Pasaman, dan Tanah Datar. Bahan tambang golongan C menyebar di seluruh kabupaten dan kota, sebagian akbar terdiri dari pasir, batu dan kerikil.[14]
Keuangan & Perbankan
Perkembangan beragam indikator perbankan pada triwulan IV-2012, memperhadapkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi pasca gempa. Pada tahun 2012, total aset bank umum di provinsi ini mencapai Rp 40,1 triliun dengan harga penyaluran kredit oleh bank umum sebesar Rp 33,8 triliun. Sedangkan total aset BPR di provinsi ini mencapai Rp 1,53 triliun dengan harga penyaluran kredit oleh bank tersebut sebesar Rp 1,03 triliun.
Transportasi

Transportasi dari dan ke Sumatera Barat masa ini dihubungkan oleh Bandar Udara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur. Bandar Udara Minangkabau mulai aktif beroperasi pada yang belakang sekali tahun 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing. Bandar udara ini terhubung dengan beragam kota utama di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, serta Kuala Lumpur dan Singapura. Untuk meningkatkan aksebilitas Bandar Udara Minangkabau, masa ini pemerintah sedang mempersiapkan kereta bandara dari dan menuju fokus kota Padang.
Selain Teluk Bayur, transportasi laut untuk jarak tidak jauh berpusat di Pelabuhan Muara. Pelabuhan ini diantaranya juga melayani transportasi menuju Kepulauan Mentawai dengan memakai kapal feri atau speed boat. Pelabuhan Muara juga sebagai tempat bersandar kapal-kapal pesiar (yacht) dan kapal-kapal nelayan.
Untuk transportasi antar kota, masa ini dilayani oleh bus-bus AKDP dan AKAP serta travel. Di Padang, angkutan umum berpusat di Terminal Bingkuang Air Pacah. Di Bukittinggi berpusat di Terminal Aua Kuniang, Payakumbuh berpusat di Terminal Koto Nan Ampek, dan Solok berpusat di Terminal Bareh Solok.
Transportasi darat lainnya, kereta api sedang dipakai untuk jalur dari Padang ke Sawahlunto, yang mengalami Padang Panjang dan Solok. Pada jalur ini, kereta api hanya dipergunakan sebagai sarana pengangkutan batubara. Sedangkan dari Padang menuju Pariaman, masa ini sedang dipakai untuk angkutan penumpang.
Pariwisata




Sumatera Barat merupakan salah satu tujuan utama pariwisata di Indonesia. Fasilitas wisatanya yang cukup baik, serta sering diadakannya beragam festival dan even internasional, sebagai pendorong hadirnya wisatawan ke provinsi ini.[15] Beberapa kegiatan internasional yang diselenggarakan untuk menggalang pariwisata Sumatera Barat adalah lomba balap sepeda Tour de Singkarak, even paralayang Event Fly for Fun in Lake Maninjau, serta kejuaraan selancar Mentawai International Pro Surf Competition.[16]
Sumatera Barat memiliki hampir semua jenis objek wisata alam seperti laut, pantai, danau, gunung, dan ngarai. Selain itu pariwisata Sumatera Barat juga banyak menjual kebiasaannya yang khas, seperti Festival Tabuik, Festival Rendang, permainan kim, dan seni bertenun. Disamping wisata alam dan kebiasaan, Sumatera Barat juga terkenal dengan wisata kulinernya.
Sumatera Barat memiliki akomodasi wisata, seperti hotel dan wakil pengusaha yang merundingkan perjalanan yang cukup baik. Pada yang belakang sekali tahun 2012, provinsi ini telah memiliki 221 hotel dengan banyak kamar mencapai 5.835 unit.[17] Namun hotel-hotel berbintang lima dan empat, hanya terdapat di Padang dan Bukittinggi.[18] Sedangkan untuk wakil pengusaha yang merundingkan perjalanan di bawah keanggotaan ASITA, Sumatera Barat sudah memiliki lebih dari 100 wakil pengusaha yang merundingkan. Untuk melengkapkan fasilitas penunjang pariwisata, pemerintah juga mendatangkan kereta api wisata yang beroperasi pada waktu tertentu.
Untuk beragam informasi serta literatur sejarah dan kebudayaan Minangkabau, wisatawan dapat memperolehnya di Fokus Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) yang terletak di Perkampungan Minangkabau, Padang Panjang. Di PDIKM terdapat beragam dokumentasi berupa foto mikrograf, surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu kawasan, dokumentasi surat-surat kepemerintahan, dan alur sejarah warga Minangkabau sejak ratus tahun ke-18 sampai tahun 1980-an.
Daftar objek wisata
Seni dan Kebiasaan
Musik
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun masa ini pasti hendak terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang dapat diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan dapat diterima oleh warga. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, pupuik, serunai, dan gandang tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang dikenal juga dengan nama sijobang.[19]
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari kawasan ini biasanya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan akrab dengan struktur warganya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan hendak kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.
Industri musik di Sumatera Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang dapat membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an, ditandai dengan muncul di dunianya Orkes Gumarang. Elly Kasim, Tiar Ramon, dan Nurseha adalah penyanyi Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an sampai masa ini. Masa ini para penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di Sumatera Barat, bernaung dibawah organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik Rekaman Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).
Perusahaan-perusahaan rekaman di Sumatera Barat yang ikut mendukung industri musik Minang antara lain : Tanama Record, Planet Record, Pitunang Record, Sinar Padang Record, Caroline Record yang terletak di Padang dan Minang Record, Gita Virma Record yang terletak di Bukittinggi.
Tarian tradisional
Secara garis akbar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari kebiasaan kebiasaan etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan kebiasaan matrilineal dan kebiasan merantau warganya juga memberi pengaruh akbar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung, dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (acting) yang dikenal dengan nama Randai.[20]
Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai. Tarian Turuk Langai ini umumnya berkisah tentang afal binatang, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama binatang tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya.[21]

Rumah Kebiasaan
Rumah kebiasaan Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya didirikan di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun.[8] Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga didirikan sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang,[22] umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, warga setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berproses dan berubah dengan atap seng. Rumah Bagonjong[23] ini menurut warga setempat diilhami dari tambo, yang mengisahkan kehadiran nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah kebiasaan ini adalah tidak memakai paku besi tapi memakai pasak dari kayu, namun cukup kuat sebagai pengikat.[24]
Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah kebiasaan yang berbentuk rumah panggung akbar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma.[25] Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini didirikan tanpa memakai paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris dan Kurambiak atau Kerambit. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan ditaruh di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap kegiatan resmi ada terutama dalam kegiatan malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam kegiatan majlis perkawinan yang warga setempat menyebutnya baralek. Sedangkan kerambit merupakan senjata tajam kecil yang bentuknya melengkung seperti kuku harimau, karena memang terinspirasi dari kuku binatang buas tersebut. Senjata ini dipakai oleh para pendekar silat Minang dalam pertarungan jarak pendek, terutama yang memakai jurus silat harimau. Beragam jenis senjata lainnya juga pernah dipakai seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya.
Masakan khas

Dalam alam kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang dengan citarasa yang pedas. Masakan Padang dapat ditemui hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke negeri asing.[26] Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang cukup populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.
Setiap kawasan di Sumatera Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas kawasan, yang biasa menjadi menjadi buah tangan (oleh-oleh) misalnya: Padang terkenal dengan bengkuang, Padang Panjang terkenal dengan pergedel jaguang, Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Payakumbuh dengan galamai. Selain itu Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, Karupuak Balado, dan termasuk juga membentuk Kopi Luwak.
Olahraga
Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa even olahraga yang berskala lokal, nasional, maupun internasional, diantaranya adalah lomba pacu kuda. Perlombaan pacu kuda sudah sebagai tradisi dan kebiasaan warga Minangkabau. Rangkaian perlombaan pacu kuda biasanya diselenggarakan di beberapa kota di Sumatera Barat secara bergiliran.[27]
Even internasional lainnya adalah Tour de Singkarak yang pada tahun 2013 telah memasuki tahun kelima. Kejuaraan ini secara resmi telah sebagai perkara perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale (UCI). Beberapa kawasan wisata sebagai bagian dari jalur lintasan lomba termasuk Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, Istana Basa Pagaruyung, dan Diatas-Dibawah.[28] Di sisi lain, cabang olahraga perahu naga (dragon boat) juga rutin diterapkan di Sumatera Barat, seperti kejuaraan Perahu Naga Internasional di Padang yang membuat agar hadir peserta dari mancanegara, serta kejuaraan Dayung Tradisional di Pantai Carocok, Painan dan Dharmasraya.
Pers dan media

Hampir semuanya saluran stasiun televisi nasional telah dapat menjangkau kawasan Sumatera Barat. Selain itu provinsi ini juga memiliki beberapa stasiun televisi lokal, seperti TVRI Sumatera Barat, Padang TV, Minang TV, TV E, Favorit TV dan Bukittinggi Televisi (BiTV).
Rata-rata disetiap kabupaten dan kota di provinsi ini telah memiliki pemancar radio selain milik pemerintah juga swasta, seperti RRI Padang, Radio Classy FM, Radio Jelita FM, Radio SK FM, dan Radio Fanesa 5 FM.
Sumatera Barat juga banyak memiliki media cetak jenis surat kabar, diantaranya Harian Padang Ekspres, Harian Haluan, dan Harian Singgalang. Media cetak tersebut juga tersedia dan dapat diakses secara online mengalami internet.
Pada awal mulanya Sumatera Courant merupakan koran pertama yang terbitkan di Sumatera Barat oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1862. Selanjutnya tahun 1877 terbit Padangsche Handelsblad milik swasta. Kedua surat kabar ini memakai bahasa Belanda, dan baru pada tahun 1890 terbit surat kabar bulanan Pelita Kecil yang telah memakai bahasa Melayu.[29]
Lihat juga
Rujukan
- ^ a b "Banyak Warga Sumatera Barat". BPS Sumbar. Diakses 29 September 2010.
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003.
- ^ a b c d e Asnan, Gusti, (2007), Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-640-6.
- ^ Amran, Rusli (1981). Sumatra Barat sampai Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan.
- ^ "Potensi Sektor Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat". Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat. Diakses 2012-05-16.
- ^ Sieh, K.; Natawidjaja, D. (2000). "Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia". Journal of Geophysical Research, 105 (B12). hlm. 28, 295–28, dan 326.
- ^ Marsden, William, (2009), The History of Sumatra, BiblioBazaar, ISBN 978-0-559-09304-3.
- ^ a b Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial Belanda ratus tahun XIX/XX, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-661-1.
- ^ www.jambi-independent.co.id Kampung Keling, Tempat Tinggal Muslim India di Pariaman dan Padang
- ^ a b www.tempointeraktif.com Wajah Baru Bakal Dominasi DPRD Sumatera Barat. TempoInteraktif. Edisi 19-05-2009
- ^ Merekalah Yang hendak Duduk di DPRD Sumbar.
- ^ politik.vivanews.com Hanura Ungguli PPP di DPRD Sumatera Barat. VivaNews. Edisi 19-05-2009.
- ^ Haris, Syamsuddin, 2005, Pemilu terus di tengah oligarki partai: proses nominasi dan seleksi kandidat legislatif Pemilu 2004, Gramedia Pustaka Utama, ISBN 978-979-22-1695-0.
- ^ a b www.bi.go.id Profil Sumbar
- ^ www.metrotvnews.com Tour de Singkarak Naikan 24 Persen Lawatan Wisatawan
- ^ Sumbar Gelar Tiga Kegiatan Internasional
- ^ www.beritasatu.com Sektor Perhotelan di Sumatera Barat Alami Peningkatan
- ^ Ryan Ver Berkmoes, Celeste Brash; Lonely Planet Indonesia; 2010
- ^ Phillips, Nigel, (1981), Sijobang: sung narrative poetry of West Sumatra, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-23737-6.
- ^ Pauka K., (1998), Theater and martial arts in West Sumatra: Randai and silek of the Minangkabau, Ohio University Press, ISBN 978-0-89680-205-6.
- ^ www.indosiar.com Sajian Tarian Khas Mentawai (diakses pada 25 juli 2010)
- ^ Azinar Sayuti, Rifai Abu, (1985), Sistem ekonomi tradisional sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap lingkungan kawasan Sumatera Barat, hlm. 202, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
- ^ Navis, A.A., Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3, Grasindo, ISBN 979-759-551-X.
- ^ Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Adat, Dan Senjata Tradisional, PT Niaga Swadaya, ISBN 979-788-145-8.
- ^ Schefold R., (1991), Mainan bagi roh: kebudayaan Mentawai, PT Balai Pustaka, ISBN 979-407-274-5.
- ^ Ramli, Andriati, 2008, Masakan Padang: Populer & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1477-09-3.
- ^ travel.kompas.com Pacu "Kudo" Bangkitkan Pariwisata Lokal (diakses 28 Oktober 2010)
- ^ www.tourdesingkarak.com TdS (diakses pada 6 Juni 2011)
- ^ Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788-032-3
Bacaan lainnya
- (Indonesia) Rusli Amran, (1981), Sumatera Barat sampai Plakat Panjang, Jakarta: Sinar Harapan.
- (Indonesia) Audrey R. Kahin, (2005), Dari pemberontakan ke integrasi: Sumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-519-6
- (Indonesia) A.A. Navis, (1984), Alam Takambang jadi Guru. Jakarta: PT. Grafiti Pers.
- (Indonesia) M.D. Mansoer, (1970), Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi provinsi Sumbar
- Profil Demografi Sumbar
- Profil Ekonomi Sumbar
- Profil Wisata Sumbar
- Ekonomi Regional Sumbar
- Statistik Regional Sumbar
- (Indonesia) Informasi seputar Sumatera Barat
- (Indonesia) Situs Antara Sumbar Portal Berita Sumatera Barat.
- (Indonesia) Situs Cimbuak.com Portal Forum Minang.
- (Indonesia) Situs West-Sumatra.com Portal Parawisata Independen Forum Minang bertajuk fotografi.
| ||||||||||||||||||||
| |||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, info-prov-west-sumatera.andrafarm.com, dan sebagainya.











